Panduan SOP Apotek untuk Menjalankan Bisnis Farmasi Profesional
SOP apotek adalah bagian penting dalam bisnis farmasi. Jika kamu sedang menggeluti usaha farmasi atau berencana untuk memulai bisnis toko obat, maka kamu harus memahami informasi ini. Faktanya, alur kerja farmasi yang baik akan memudahkan kamu dalam menjaga kualitas bisnis. Mari kita pelajari selengkapnya!
Pengertian SOP Apotek
SOP apotek adalah singkatan dari Standard Operating Procedure, yaitu seperangkat alur operasional standar untuk bisnis farmasi. Standar ini harus kamu penuhi sesuai arahan dari Kementerian Kesehatan tentang bagaimana usaha farmasi harus menjalankan usahanya.
Di dalam standar tersebut, tertuang berbagai pedoman tentang operasional farmasi, di antaranya yaitu:
- Membeli stok obat dari distributor.
- Memeriksa kualitas stok obat sebelum menjualnya kembali.
- Memilah antara obat umum dan obat yang harus dibeli dengan resep dokter.
- Mengawetkan dan mengawasi mutu obat.
- Menyelesaikan keluhan konsumen.
- Dan lain sebagainya.
Untuk lebih memahami standar operasional bisnis farmasi, mari kita bedah alur kerjanya secara lebih rinci.
Contoh SOP Apotek
SOP apotek bisa kamu analisis sejak konsumen tiba di lokasi hingga meninggalkan lokasi. Alur kerja farmasi secara berurutan, yaitu:
1. Menyambut Konsumen
Standar operasional yang pertama dimulai dengan menyambut konsumen. Seluruh staf harus mampu berkomunikasi dengan sopan dan ramah. Tugas menyambut konsumen menjadi kewajiban semua pihak, bukan hanya apoteker saja. Khusus untuk apoteker, staf harus mampu menjaga kerahasiaan riwayat obat konsumen.
2. Memeriksa Resep
Alur kerja farmasi yang kedua adalah poin yang krusial. Begitu konsumen sampai di etalase, apoteker harus memeriksa resep obat yang konsumen bawa. Proses ini terdiri dari beberapa poin, yaitu:
- Memeriksa nomor resep.
- Menghitung tanggal validitas resep. Normalnya, resep dianggap valid jika dibuat kurang dari 5 hari sejak tanggal pembelian obat.
- Memastikan keabsahan resep meliputi nama, alamat, dan stempel rumah sakit, tanda tangan dokter, dan lain sebagainya.
- Memeriksa diagnosis pasien dan menanyakan informasi medis lain apabila diperlukan.
- Mencermati nama obat, jumlah, kekuatan, konsentrasi, dosis, dan cara pemberian.
Jika konsumen tidak membawa resep, maka apoteker harus bisa memberikan saran obat yang tepat sesuai diagnosis. Untuk melakukannya, apoteker perlu menanyakan keluhan, riwayat penyakit, dan diagnosis dasar lainnya. Pada kasus tertentu, apoteker mungkin perlu mengarahkan konsumen untuk memeriksakan diri ke dokter.
3. Memberikan Obat Kepada Pasien
SOP apotek yang ketiga adalah proses menyerahkan obat kepada pasien. Apoteker wajib menjalankan transaksi sesuai standar, termasuk dalam hal pencatatan penjualan, baik secara tertulis di buku maupun secara digital di aplikasi.
Di sisi lain, apoteker juga harus memberikan struk atau nota kepada konsumen. Apabila apotek kamu kehabisan atau tidak mempunyai obat yang tertulis di resep, maka apoteker berhak untuk menyarankan obat lain dengan efek serupa.
4. Memberikan Arahan Penggunaan
Di akhir alur, apoteker harus menyampaikan dengan jelas dan rinci mengenai cara mengkonsumsi obat. Terutama untuk obat yang dibeli dengan resepĀ dokter. Karena konsumen pasti tidak bisa membaca resep, maka apoteker wajib menyampaikan apa yang tertulis di resep tersebut.
Yang tidak kalah penting adalah informasi kontraindikasi. Jika konsumen memiliki kondisi medis tertentu yang berpengaruh terhadap efek obat, maka apoteker juga wajib menyampaikannya. Kesalahan operasional di bagian ini bisa berakibat sangat fatal, karena berhubungan dengan keselamatan konsumen.
Upgrade SOP Apotek Kamu dengan Aplikasi Digital!
Untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi operasional, kamu bisa memanfaatkan Aplikasi Apotek Vmedis. Aplikasi Vmedis akan memudahkan seluruh staf kamu dalam melayani konsumen dengan lebih cepat, profesional, dan memuaskan. Apalagi vmedis juga ada Mentoring Bisnis Apotek GRATIS setiap minggunya. Cek Mentoring tentang SOP Apotek dibawah :