Pelatihan Apa Saja yang Wajib Diberikan ke Karyawan Apotek Baru?
Last Updated on October 1, 2025
Mengelola apotek tidak hanya soal memastikan stok obat tersedia atau laporan keuangan rapi. Ada satu aspek yang sering diabaikan pemilik apotek: pelatihan karyawan baru.
Banyak pemilik apotek berpikir, “Ah, nanti juga karyawan belajar sambil jalan.” Padahal, cara ini bisa menimbulkan risiko besar. Tanpa pelatihan yang tepat, karyawan bisa salah melayani pasien, salah mencatat transaksi, atau bahkan tidak memahami regulasi yang berlaku.
Supaya karyawan baru cepat beradaptasi dan bisa bekerja sesuai standar, berikut beberapa pelatihan yang sebaiknya wajib diberikan sejak hari pertama mereka bergabung.
1. Pelatihan Standar Pelayanan Kefarmasian
Pelayanan di apotek tidak boleh asal. Menurut Permenkes No. 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, setiap tenaga di apotek wajib memahami standar pelayanan mulai dari penerimaan resep, pengkajian resep, peracikan, pelabelan, hingga penyerahan obat kepada pasien.
Karyawan baru perlu dikenalkan pada alur ini, meskipun mereka bukan apoteker. Tujuannya agar mereka paham bahwa setiap langkah punya aturan. Misalnya, mengapa resep harus dicek dulu oleh apoteker, atau kenapa obat tidak boleh diberikan tanpa etiket yang jelas.
2. Pelatihan Administrasi dan Pencatatan Stok
Salah satu kelalaian paling sering di apotek adalah pencatatan stok yang tidak rapi. Karyawan baru harus dilatih sejak awal untuk mengisi kartu stok, melakukan input transaksi, serta memahami prosedur stok opname.
Tanpa pelatihan ini, sering terjadi kasus selisih stok antara catatan dan kondisi nyata di gudang. Padahal, akurasi stok sangat penting untuk menghindari kehabisan obat vital atau kerugian akibat obat kedaluwarsa.
3. Pelatihan Penggunaan Software Apotek
Di era sekarang, hampir semua apotek sudah menggunakan software manajemen. Namun, karyawan baru tidak bisa dibiarkan belajar sendiri. Harus ada pelatihan khusus, mulai dari cara input resep, membuat laporan penjualan, hingga mengakses data pasien.
Dengan pelatihan ini, karyawan bisa lebih cepat terbiasa menggunakan sistem digital. Hasilnya, pekerjaan jadi lebih efisien, kesalahan berkurang, dan pemilik apotek bisa lebih tenang.
4. Pelatihan Komunikasi dengan Pasien
Karyawan apotek bukan sekadar kasir. Mereka adalah wajah pertama yang ditemui pasien. Itulah mengapa pelatihan komunikasi sangat penting.
Karyawan baru harus diajarkan cara menyapa pasien dengan ramah, mendengarkan kebutuhan pasien, dan menyampaikan informasi dengan bahasa sederhana. Bahkan, hal sesederhana menunjukkan empati bisa membuat pasien merasa lebih dihargai dan akhirnya menjadi pelanggan loyal.
5. Pelatihan Keamanan dan Etika Profesi
Bekerja di apotek berarti berurusan dengan obat-obatan, uang, dan data pasien. Maka, karyawan perlu memahami etika profesi: menjaga kerahasiaan pasien, melaporkan jika ada obat yang rusak, dan selalu jujur dalam transaksi.
Selain itu, mereka juga perlu diberi pelatihan keamanan, seperti cara menyimpan obat yang masuk daftar narkotika dan psikotropika sesuai regulasi, serta bagaimana menangani situasi darurat di apotek.
Penutup
Karyawan baru bukanlah beban, melainkan aset yang bisa membuat apotek berkembang jika dibekali pelatihan yang tepat. Dengan memberikan pelatihan standar pelayanan, administrasi, software apotek, komunikasi, dan etika profesi, Anda sedang membangun fondasi yang kuat untuk keberhasilan apotek.
Dan supaya pelatihan lebih mudah dijalankan, gunakan software apotek yang sudah terintegrasi. Dengan sistem ini, karyawan baru bisa belajar lebih cepat, kesalahan bisa ditekan, dan pemilik apotek bisa memantau kinerja karyawan secara langsung.
Referensi
-
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.
-
Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kemenkes RI.